Kamis, 30 April 2009

Penularan Flu Babi Bisa Terjadi Antarmanusia

Penyakit flu babi saat ini sudah memasuki level V, sehingga penularannya bisa terjadi antarmanusia.

"WHO (Organisasi Kesehatan se Dunia) pagi tadi (Kamis, 30/4)sudah menetapkan flu babi menjadi tahap lima. Ini apa artinya? Penularannya bisa terjadi
dari manusia ke manusia," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari di sela diskusi Dapatkah Orang Miskin itu Sehat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurutnya, meski sudah berada pada level tersebut, sampai saat ini tidak perlu mengeluarkan travel warning bagi masyarakat Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri.

"Hanya saja kalau mereka akan menuju negara-negara yang terkena flu babi seperti ke Meksiko, perlu mendapat penjelasan yang rinci dan lengkap mengenai situasi kesehatan yang sedang
terjadi," katanya.

Sementara itu, mereka yang datang ke Indonesia, jelasnya, harus dipemeriksa dengan menggunakan thermo scan, body spray disinfectant atau alat lainnya yang sudah terpasang.

"Kalau memang dicurigai suspect, akan segera mendapat perawatan dan segera dirujuk ke rumah sakit," ujarnya.

Menkes menjelaskan, saat ini seluruh Puskesmas sudah dilengkapi dengan obat penangkal dan lebih dari 100 rumah sakit siap menangani penyakit yang diakibatkan oleh virus H1N1 itu. Tetapi ditanya tingkat keganasannya, ia menyatakan flu babi masih berada di bawah flu burung.

Angka kematian flu babi saat ini sekitar 6%, sedangkan flu burung 80%. "Artinya setiap 100 orang yang terkena flu babi, yang meninggal hanya enam orang. Sedangkan flu burung, 80 orang meninggal pada setiap 100 orang yang terkena," jelasnya.

Menkes juga mengatakan, untuk menanganinya tidak perlu menyediakan dana tersendiri sebab masih bisa diatasi dengan dana-dana yang tersedia saat ini.

Dalam kesempatan itu Siti Fadilah Supari mengakui adanya keberatan dengan sebutan flu babi. Sebab, dengan menyebut flu babi, mengakibatkan perdagangan daging babi dan produk turunannya merosot.

Oleh karena itu, kata Menkes, lebih tepat menyebutnya sebagai flu Meksiko, karena penyakit itu awalnya muncul di Meksiko.

Penyakit flu babi saat ini sudah memasuki level V, sehingga penularannya bisa terjadi antarmanusia.

"WHO (Organisasi Kesehatan se Dunia) pagi tadi (Kamis, 30/4)sudah menetapkan flu babi menjadi tahap lima. Ini apa artinya? Penularannya bisa terjadi
dari manusia ke manusia," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari di sela diskusi Dapatkah Orang Miskin itu Sehat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurutnya, meski sudah berada pada level tersebut, sampai saat ini tidak perlu mengeluarkan travel warning bagi masyarakat Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri.

"Hanya saja kalau mereka akan menuju negara-negara yang terkena flu babi seperti ke Meksiko, perlu mendapat penjelasan yang rinci dan lengkap mengenai situasi kesehatan yang sedang
terjadi," katanya.

Sementara itu, mereka yang datang ke Indonesia, jelasnya, harus dipemeriksa dengan menggunakan thermo scan, body spray disinfectant atau alat lainnya yang sudah terpasang.

"Kalau memang dicurigai suspect, akan segera mendapat perawatan dan segera dirujuk ke rumah sakit," ujarnya.

Menkes menjelaskan, saat ini seluruh Puskesmas sudah dilengkapi dengan obat penangkal dan lebih dari 100 rumah sakit siap menangani penyakit yang diakibatkan oleh virus H1N1 itu. Tetapi ditanya tingkat keganasannya, ia menyatakan flu babi masih berada di bawah flu burung.

Angka kematian flu babi saat ini sekitar 6%, sedangkan flu burung 80%. "Artinya setiap 100 orang yang terkena flu babi, yang meninggal hanya enam orang. Sedangkan flu burung, 80 orang meninggal pada setiap 100 orang yang terkena," jelasnya.

Menkes juga mengatakan, untuk menanganinya tidak perlu menyediakan dana tersendiri sebab masih bisa diatasi dengan dana-dana yang tersedia saat ini.

Dalam kesempatan itu Siti Fadilah Supari mengakui adanya keberatan dengan sebutan flu babi. Sebab, dengan menyebut flu babi, mengakibatkan perdagangan daging babi dan produk turunannya merosot.

Oleh karena itu, kata Menkes, lebih tepat menyebutnya sebagai flu Meksiko, karena penyakit itu awalnya muncul di Meksiko.

Penyakit flu babi saat ini sudah memasuki level V, sehingga penularannya bisa terjadi antarmanusia.

"WHO (Organisasi Kesehatan se Dunia) pagi tadi (Kamis, 30/4)sudah menetapkan flu babi menjadi tahap lima. Ini apa artinya? Penularannya bisa terjadi
dari manusia ke manusia," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari di sela diskusi Dapatkah Orang Miskin itu Sehat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurutnya, meski sudah berada pada level tersebut, sampai saat ini tidak perlu mengeluarkan travel warning bagi masyarakat Indonesia yang akan bepergian ke luar negeri.

"Hanya saja kalau mereka akan menuju negara-negara yang terkena flu babi seperti ke Meksiko, perlu mendapat penjelasan yang rinci dan lengkap mengenai situasi kesehatan yang sedang
terjadi," katanya.

Sementara itu, mereka yang datang ke Indonesia, jelasnya, harus dipemeriksa dengan menggunakan thermo scan, body spray disinfectant atau alat lainnya yang sudah terpasang.

"Kalau memang dicurigai suspect, akan segera mendapat perawatan dan segera dirujuk ke rumah sakit," ujarnya.

Menkes menjelaskan, saat ini seluruh Puskesmas sudah dilengkapi dengan obat penangkal dan lebih dari 100 rumah sakit siap menangani penyakit yang diakibatkan oleh virus H1N1 itu. Tetapi ditanya tingkat keganasannya, ia menyatakan flu babi masih berada di bawah flu burung.

Angka kematian flu babi saat ini sekitar 6%, sedangkan flu burung 80%. "Artinya setiap 100 orang yang terkena flu babi, yang meninggal hanya enam orang. Sedangkan flu burung, 80 orang meninggal pada setiap 100 orang yang terkena," jelasnya.

Menkes juga mengatakan, untuk menanganinya tidak perlu menyediakan dana tersendiri sebab masih bisa diatasi dengan dana-dana yang tersedia saat ini.

Dalam kesempatan itu Siti Fadilah Supari mengakui adanya keberatan dengan sebutan flu babi. Sebab, dengan menyebut flu babi, mengakibatkan perdagangan daging babi dan produk turunannya merosot.

Oleh karena itu, kata Menkes, lebih tepat menyebutnya sebagai flu Meksiko, karena penyakit itu awalnya muncul di Meksiko.

Penulis : Agus Utantoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar